Prabu Pandudewanata yang mempunyai istri Dewi Kunti dan Dewi Madrim, pada suatu ketika Dewi Madrim berkeinginan pesiar naik lembu Nandi kendaraan Sang Hyang Manikmaya.Prabu Pandudewanata karena cinta kasihnya kepada istrinya, lalu berangkat ke kahyangan untuk meminjam lembu Nandi kendaraan Sang Hyang Manikmaya.
Mengingat jasa-jasa Pandu, Batara Guru terpaksa mengabulkan permintaan Prabu Pandu, walaupun sesungguhnya kelakuan/tindakan Prabu tersebut menyimpang dari tata kesopanan seorang titah terhadap dewa. Batara Guru amat murka pada Pandudewanata yang secara lancang berani meminjam Lembu Nandi (Andini) demi menuruti permintaan istri yang sedang ngidam. Batara Guru yang dengan terpaksa menyerahkan Lembu Nandi kepada Prabu Pandu, tetapi kutukan, bahwa Pandu akan mati bila anakya lahir.
Ternyata Dewi Madrim melahirkan bayi kembar, Nakula dan Sadewa yang membuat seluruh keluarga istana bergembira dan negara Astina pun tenggelam dalam pesta. Dalam suasana yang menggembirakan itu, tiba-tiba datang utusan dari Pringgondani, Harimba dan Brajadenta mengundang Prabu Pandu ingin syukuran karena tapa bratanya selesai.
Rupanya kedua belah pihak saling salah paham, hingga terjadi peperangan yang kemudian membesar melibatkan antar negara. Dalam peperangan ini Prabu Pandudewanata dan Raja Pringgondani Prabu Arimbaka / Trembaka gugur dan keduanya muksa.
Dewi Madrim yang mengetahui suaminya telah tewas, ikut bela pati dengan jalan bunuh diri dengan meninggalkan bayi kembar yang selanjutnya diasuh oleh Dewi Kunti.
Mengingat jasa-jasa Pandu, Batara Guru terpaksa mengabulkan permintaan Prabu Pandu, walaupun sesungguhnya kelakuan/tindakan Prabu tersebut menyimpang dari tata kesopanan seorang titah terhadap dewa. Batara Guru amat murka pada Pandudewanata yang secara lancang berani meminjam Lembu Nandi (Andini) demi menuruti permintaan istri yang sedang ngidam. Batara Guru yang dengan terpaksa menyerahkan Lembu Nandi kepada Prabu Pandu, tetapi kutukan, bahwa Pandu akan mati bila anakya lahir.
Ternyata Dewi Madrim melahirkan bayi kembar, Nakula dan Sadewa yang membuat seluruh keluarga istana bergembira dan negara Astina pun tenggelam dalam pesta. Dalam suasana yang menggembirakan itu, tiba-tiba datang utusan dari Pringgondani, Harimba dan Brajadenta mengundang Prabu Pandu ingin syukuran karena tapa bratanya selesai.
Rupanya kedua belah pihak saling salah paham, hingga terjadi peperangan yang kemudian membesar melibatkan antar negara. Dalam peperangan ini Prabu Pandudewanata dan Raja Pringgondani Prabu Arimbaka / Trembaka gugur dan keduanya muksa.
Dewi Madrim yang mengetahui suaminya telah tewas, ikut bela pati dengan jalan bunuh diri dengan meninggalkan bayi kembar yang selanjutnya diasuh oleh Dewi Kunti.
0 Response to "Pamuksa (Tremboko dan Pandu Gugur)"
Posting Komentar