Di dalam pengendalian hama tikus ada beberapa metode yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan pengendalian kultur teknis. Prinsip dasar dari metode ini adalah dengan membuat lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi hama tikus. Pengendalian ini terbgai dalam beberapa cara, yaitu:
1. Pengaturan pola tanam
Cara ini hanya berlaku untuk tanaman semusim, dengan tujuan untuk membatasi ketersediaan makanan yang sesuai bagi reproduksi tikus. Misalnya, pola tanam padi yang dapat dilakukan untuk penanaman tiga kali dalam jangka waktu satu tahun adalah:
padi-padi-palawija,
padi-palawija-padi,
padi-palawija-palawija.
Hal ini didasarkan pada pola reproduksi tikus yang biasanya meningkat pada akhir musim tanam padi sehingga perlu diselingi dengan tanaman palawija. Nutrisi palawija kurang cocok bagi metabolisme tikus dibandingkan dengan nutrisi padi sehingga populasi tikus di areal pertanaman akan menurun. Jenis palawija yang dapat ditanam adalah jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, atau dapat juga dengan menanam hortikultura sayuran yang berumur pendek.
2. Pengaturan waktu tanam
Pengaturan waktu tanam adalah menanam secara serempak jenis komoditas dan varietas yang sama dalam areal yang cukup luas (minimal 10 ha). Tujuannya adalah untuk menyebar kerusakan yang diakibatkan oleh tikus pada hamparan tersebut atau dengan kata lain kerusakan oleh tikus tidak terpusat pada satu petakan saja.
3. Pengaturan jarak tanam
Yaitu mengatur jarak tanam lebih lebar dari biasanya dengan tujuan agar tercipta lingkungan yang lebih terbuka yang kurang disukai oleh tikus atau menghambat pergerakan tikus.
4. Penggunaan tanaman perangkap (trap crop)
Metode ini sebenarnya merupakan perpaduan antara metode pengendalian secara kultur teknis dengan pengendalian secara mekanis. Pada areal yang sempit, yang berada di tengah-tengah pertanaman yang luas, ditanami terlebih dahulu dengan tanaman yang disukai oleh tikus, misalnya padi. Selanjutnya pada sisa lahan yang luas di sekitarnya ditanami komoditas yang diinginkan, atau dapat juga tanaman padi. Pada saat tanaman padi yang berada di tengah pertanaman memasukii fase generatif, tikus akan berkumpul di areal tersebut, pada saat itulah dapat dilakukan perburuan atau gropyokan.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengendalian kultur teknis ini adalah:
1. Tidak memerlukan waktu khusus untuk pengendalian karena dapat dilaksanakan bersama-sama dengan tindakan budidaya tanaman.
2. Menumbuhkan sifat gotong royong bagi masyarakat tani di dalam merencanakan suatu penanaman komoditas tanaman pangan.
3. Sistem ini efisien dalam hal biaya dan waktu.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah:
1. Hasilnya tidak dapat dipastikan karena banyak faktor luar yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian ini.
2. Memerlukan perencanaan yang sangat matang sehingga kesalahan di dalam perencanaan dapat mengakibatkan kegagalan.
(Sumber foto: naturalnusantara.org) |
0 Response to "Metode Pengendalian Tikus dengan Kultur Teknis"
Posting Komentar